Press "Enter" to skip to content

Gelar FGD, Mahasiswa Luwu Raya Bahas Hari Perlawanan Rakyat Luwu dan Potensi Ekonomi di Luwu Raya

Makassar, MALILIPOS.COM – Tiga organisasi kemahasiswaan dari Luwu Raya menggelar Focus Group Discussion (FGD) menyoal Hari Perlawanan Rakyat Luwu (HPRL) bertempat di Rogar Cafe, Jalan Saripa Raya Makassar, Kamis (18/01/2024).

Ketiga organisasi tersebut adalah Pengurus Pusat Ikatan Pelajar Mahasiswa Indonesia Luwu (PP-IPMIL), Pengurus Pusat Persatuan Mahasiswa Indonesia Luwu Utara (PP-PEMILAR) dan Pengurus Pusat Ikatan Pelajar Mahasiswa Indonesia Luwu Timur (PP-IPMALUTIM).

Acara dibuka dengan sambutan dari Sekretaris BPW KKLR Sulawesi Selatan Asri Tadda yang menekankan pentingnya agar spirit HPRL dapat direfleksikan dengan baik oleh para generasi muda dari Luwu Raya.

Selain itu, kata Asri, FGD ini juga sangat diharapkan bisa membantu para mahasiswa lebih memahami persepektif kesejarahan dan potensi ekonomi yang terkandung di Luwu Raya.

“FGD ini semoga bisa membantu peserta memahami dengan baik sejarah khususnya HPRL, juga potensi ekonomi Luwu Raya, sehingga kelak dalam 5-10 tahun ke depan, generasi inilah yang mengurus Luwu Raya, KKLR dan diaspora Luwu Raya di manapun berada,” kata Asri.

BACA:  Windha Paloboran, Mahasiswi Lutim Asal Maleku Juarai Lomba Menulis Esai Lawan Covid-19

Diskusi menghadirkan Sejarawan dan Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin Dr Suriadi Mappangara dan Akademisi dan Pengamat Ekonomi dari Universitas Indonesia Timur Dr Abdul Talib Mustafa.

Dalam pemaparannya, Suriadi Mappangara menegaskan bahwa Luwu sesungguhnya memegang peran yang sangat penting dalam sejarah Sulawesi Selatan.

“Hanya saja, jika ditilik lebih jauh, ada masa di mana Luwu pernah seperti tenggelam dan tidak memegang peran apa-apa,” bebernya.

Satu hal yang dicatat oleh Suriadi adalah perihal momentum Perlawanan Rakyat Luwu pada 23 Januari 1946 silam. “Ini adalah salah satu perlawanan rakyat terbesar yang pernah terjadi,” kisahnya.

Suriadi menekankan, perlawanan rakyat Luwu 78 tahun silam tidak bisa dipandang hanya disebabkan oleh insiden perobekan Alquran di Masjid Jami Bua.

“Itu hanya pemantik, karena sesungguhnya para bangsawan Luwu saat itu sudah lama sangat tidak suka dengan kehadiran Belanda,” demikian kata Suriadi.

Sementara itu Dr Abdul Talib Mustafa memaparkan potensi ekonomi yang ada di Luwu Raya dari berbagai perspektif.

BACA:  Gelar Semarak HPRL-78, Ini Kegiatan Bakal Digelar KKLR Sulsel

“Luwu raya sesungguhnya memiliki potensi ekonomi yang sangat besar, dan sebagiannya malah belum diketahui. Ada 70-an sungai mengalir di Luwu Raya, ada danau tektonik yang terdalam di Luwu Timur, dan banyak lagi,” jelasnya.

“Selain itu, hampir semua jenis tumbuhan bisa hidup subur di Tana Luwu, termasuk kelapa sawit. Belum lagi soal tambang nikel, emas dan sebagainya,” tambah ATM, akronim nama Abdul Talib Mustafa.

Lebih jauh Wakil Ketua Umum BPP KKLR ini menyebutkan kontribusi ekonomi Luwu Raya yang cukup signifikan untuk Sulawesi Selatan.

“Kontribusi Luwu Raya secara akumulatif mencapai 11-12 persen untuk PDRB Sulawesi Selatan, jadi sekitar 42 triliun dari 360 triliun PDRB Sulsel,” ungkapnya.

Potensi lain yang bisa memberikan dampak pertumbuhan ekonomi Luwu Raya adalah dari aspek pariwisata dan pertumbuhan pendidikan yang begitu menjanjikan.

Hanya saja, semua potensi ekonomi ini bukannya tanpa kendala untuk bisa dioptimalkan. Salah satunya adalah masih lemahnya rentang kendali karena jarak yang relatif jauh ke ibukota Provinsi di Makassar.

BACA:  PP IPMALUTIM dan The Sawerigading Institute Gelar Lomba Menulis Esai Lawan COVID-19

“Selain itu, adanya keterbatasan infrastruktur terutama jalan yang menjadi penghubung antar kabupaten di Luwu Raya, maupun dari Luwu Raya ke Kota Makassar,” beber ATM.

Kendala lain adalah masih terbatasnya institusi pelayanan publik terutama di bidang kesehatan.

“Bayangkan jika pasien kritis harus dirujuk dari Malili ke Makassar lewat jalan darat. Itu benar-benar pilihan sulit. Sehingga ke depan harus ada solusi konkrit untuk hal ini,” ujarnya.

ATM juga menyinggung soal kurangnya koordinasi antar Kabupaten dan Kota di Luwu Raya. Padahal optimalisasi potensi ekonomi di Luwu Raya membutuhkan sinergitas dan kolaborasi antar daerah khususnya di Luwu Raya itu sendiri,” pungkasnya.

Sejumlah tokoh mahasiswa Luwu Raya hadir di acara ini. Diantaranya Ketua PP IPMIL Yandi, Ketua PP PEMILAR Dedy Rinaldy, Ketua PP IPMALUTIM Haikun Candra, dan mantan Ketua PP IPMALUTIM Periode 2014-2016 Muhammad Nur.

Hingga berita ini diterbitkan, diskusi masih terus berlangsung dan diikuti secara antusias oleh puluhan mahasiswa yang hadir. (*)