Bersama Pemuda Luwu Timur: Mandiri Hortikultura di Tengah Pandemi Covid-19

waktu baca 7 menit
Senin, 29 Jun 2020 10:29 0 89 Tim Redaksi
 

Oleh: Srimuliyani N.
(Mahasiswi Universitas Hasanuddin)

Artikel ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Essay Lawan Covid-19, kerjasama Pengurus Pusat Ikatan Pelajar Mahasiswa Luwu Timur (PP IPMALUTIM) dengan The Sawerigading Institue (TSI) dan MaliliPos.com

Saat ini hampir diseluruh dunia termasuk Indonesia hingga ke pelosok-pelosoknya merasakan dampak dari keberadaan virus covid-19 yang mulai masuk di Indonesia pada tanggal 2 maret 2020, kasus pertama ini diumumkan langsung oleh Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan. Makin hari kasus covid-19 ini kian membludak dan terus memberi dampak bagi masyarakat.

Terjadinya Pandemi di Indonesia mengubah hampir 180 derajat aktivitas manusia. Dimulai dari adanya kebijakan Pemerintah terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga berlakunya Work From Home.

Bagi kota-kota besar yang merupakan daerah padat penduduk dan merupakan tanah mata pencaharian bagi para perantau, pemberlakuan PSBB ini sangatlah berdampak besar, dimana sebagian perusahaan –perusahaan besar melakukan PHK massal kepada karyawan-karyawannya, para pelaku UKMK harus gulung tikar akibat kehilangan konsumen karena para konsumen lebih memilih untuk tinggal dirumah guna terhindar dari penularan covid-19.

Pemberlakuan PSBB juga dirasakan oleh para pelajar khususnya para siswa dan mahasiswa yang menempuh pendidikan di tanah rantauan. Para terdampak covid-19 ini tidak sedikit yang memilih untuk pulang kampung daripada harus bertahan di tanah rantauan yang cukup berisiko tinggi, dimana sumber penghasilan mereka tidak ada lagi disamping kebutuhan sehari- hari khususnya kebutuhan pangan harus tetap terpenuhi.

Tanpa disadari para perantau yang pulang kampung ini juga kemungkinan membawa risiko yang besar bagi keselamatan para keluarganya dan masyarakat yang ada di kampung. Namun pulang kampung tetap menjadi pilihan agar tetap dapat bertahan hidup. Alhasil saat ini kita dapat melihat penyebaran covid-19 rata di 34 provinsi yang ada di Indonesia.

Pada tanggal 13 juni 2020 Sulawesi Selatan menduduki urutan kedua penambahan kasus covid-19 terbanyak yakni 125 orang. Di Provinsi Sulawei Selatan salah satu kabupaten yang juga terdampak covid-19 adalah Kabupaten Luwu Timur yang disebut-sebut sebagai serpihan surga dunia dan dijuluki pula sebagai Bumi Batara Guru.

Ternyata kabupaten luwu timur merupakan daerah dengan kasus tertinggi kedua di Sulawesi selatan setelah Makassar. Kasus covid-19 pertama dimulai pada tanggal 4 Mei 2020 dan makin hari kasus tersebut terus meningkat.

Hingga kini di kabupaten Luwu Timur tecatat pada tanggal 16 Juni 2020 kasus positif covid-19 sebanyak 418 kasus. Jumlah ini tergolong angka yang besar dan cukup membuat masyarakat khawatir namun tuntutan kebutuhan sehari-hari masyarakat mengalahkan rasa khawatir akan penularan covid-19.

Menghadapi kondisi seperti ini, Pemerintah Kabupaten Luwu Timur tentu tak tinggal diam, beberapa kebijakan dikeluarakan agar Kabupaten Luwu Timur bersih dari covid-19 sehingga aktivitas masyarakat dapat berjalan seperti sedia kala.

Kebijakan yang dikeluarkan berupa pemberlakuan PSBB, penggunaan protokol kesehatan di tempat umum dan saat berada di luar rumah, serta pemantauan langsung pemerintah kepada para korban terdampak covid-19.

Kebijakan PSBB ini banyak memberi pengaruh bagi aktivitas masyarakat, salah satunya pembatasan pengoperasian pasar yang merupakan tempat masyarakat membeli segala kebutuhan sehari-hari.

Pembatasan tersebut tentu menjadi masalah bagi sebagian masyarakat, termasuk bagi mereka yang menyadari pentingnya mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan segar juga merupakan masalah ketika pembatasan pengoperasian pasar dilakukan sebab mereka akan kesulitan mendapatkan bahan pangan segar tersebut.

Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan Kabupaten Luwu Timur yang mandiri Holtikultura, tentu hal ini dapat terwujud dengan adanya kolaborasi yang baik antara masyarakat , pemerintah serta tak kalah pentingnya adalah pemuda sebagai pelopor perubahan.

Saat ini kabupaten Luwu Timur mengalami kondisi pertambahan penduduk akibat banyaknya para pekerja dan mahasiswa yang memilih pulang ke Luwu Timur, mereka yang pulang tentu akan mengalami masa sterilisasi terlebih dahulu berupa isolasi mandiri selama 2 minggu sebagai bentuk upaya pemerintah menekan peningkatan kasus covid-19 di kabupaten Luwu Timur.

Beberapa masyarakat beranggapan bahwa kembalinya mereka ke kampung halaman hanya akan membawa hal buruk tentu ketakutan pada mereka yang kemungkinan carrier.

Namun perlu kita ketahui bahwa mereka yang kembali ke kampung adalah anak muda yang tengah menyelesaikan pendidikannya di tanah rantauan dan perlu kita ketahui juga bahwa para pemuda memiliki energi yang besar dalam membawa perubahan terkhusus memperbaiki ketidakstabilan yang terjadi.

Bukankan Ir. Soekarno pernah berkata “ Berilah aku 10 Pemuda maka aku akan guncangkan dunia” dari pernayataan Soekarno tersebut dapat kita simpulkan bahwa pemuda memberi pengaruh yang besar bagi suatu daerah bahkan pada tingkat Negara sekalipun karena semangatnya yang tak perlu diragukan lagi.

Namun pemuda yang dimaksud adalah pemuda yang memiliki adab, memliki semangat yang tinggi, memiliki rasa peduli, dan tak kalah pentingnya adalah diperlukan ilmu untuk melakukan perubahan untuk Luwu Timur Terkemuka.

Kesadaran sebagai pembawa perubahan khususnya ditengah pandemi seperti saat ini sangat perlu dipahami oleh para pemuda, agar mereka tau betapa berpengaruhnya mereka di masyarakat.

Sebagai wilayah terdampak covid-19 dengan urutan kedua tertinggi kasus positif terbanyak, pemerintah mengambil beberapa tindakan untuk memutus rantai penyebaran covid-19 seperti PSBB dengan realisasi berupa larangan membuat kegiatan yang melibatkan berkumpulnya masyarakat seperti hajatan, pesta, kegiatan ibadah dan lain sebagainya.

Realisasi lainnya berupa pembatasan pengoperasian pusat perbelanjaan, dimana biasanya pasar dilaksanakan hampir setiap hari namun semenjak pandemi pasar hanya diperbolehkan beroperasi 2 kali dalam seminggu.

Terkhusus pada pembatasan pengoperasian pasar, masyarakat menjadi kesulitan mendapatkan sayur dan buah-buahan segar, karena mereka harus menunggu 3 hari untuk mendapatkan bahan pangan tersebut dan merekapun harus mengkonsumsi serta mempertahankan sayuran yang mereka beli untuk tiga hari kedepan, mengingat sifat barang pertanian yang mudah rusak, dalam waktu kurang lebih 3 hari kualitas sayuran sudah menurun.

Padahal para tim kesehatan sangat menganjurkan masyarakat untuk banyak mengkonsumsi buah-buahan serta sayur-sayuran segar setiap hari apalagi di tengah wabah seperti ini.

Masalah ini tentu seharusnya dapat diatasi bersama terutama oleh para pemuda sebagai pelopor dan kaum intelektual. Sebagai pemuda dari bumi batara guru ini tingkat pengetahuan pemuda sudah tidak diragukan lagi. Saatnya untuk para pemuda bergerak merealisasikan ilmunya.

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa pemuda Luwu Timur memiliki bidang keilmuan yang berbeda-beda, namun jika mereka mampu untuk berkolaborasi maka akan menciptakan sebuah perubahan besar.

Terkhusus dalam bidang bertanian, dalam mengatasi masalah sulitnya ketersediaaan bahan pangan yang segar, pemuda dapat bergerak untuk membantu masyarakat agar dapat secara mandiri memenuhi kebutuhan sayur-sayuran dan buah-buahan segar.

Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan program OHOG (One House One Garden). Program ini berfokus pada komoditas sayur- sayuran dan buah-buahan berjangka pendek, dimana komoditas tersebut tidak terlalu membutuhkan waktu lama untuk panen dan juga tidak membutuhkan lahan yang luas dalam proses pembudidayaannya.

Program ini memiliki banyak kelebihan diantaranya masyarakat mampu membudidayakan sendiri sayuran serta buah-buahan yang diinginkan dengan menjamin terbebasnya tanaman tersebut dari sentuhan pestisida yang kita bersama ketahui bahwa penggunaan pestisida dalam tanaman akan berdampak buruk bagi kesehatan tubuh.

Selain itu, masyarakat akan dapat menghemat pengeluaran dalam membeli sayuran di pasaran. Dengan begitu masyarakat akan mencapai dua keuntungungan yakni HEMAT dan SEHAT.

Sebagai pemuda yang memiliki energy ekstra diharapkan mereka mampu merealisasikan program OHOG ini demi Luwu Timur yang lebih baik, upaya yang dapat dilakukan berupa membantu mensosialisasikan akan pentingnya program One House One Garden dan tentu membantu masyarakat dalam proses perealisasiannya nanti.

Dengan semangat pemuda yang membara dalam membawa Luwu Timur yang mandiri hortikultura akan dirasakan oleh masyarakat Luwu Timur itu sendiri.

Selain dibutuhkan kerja sama antara pemuda dan masyarakat tak kalah pentingnya adalah peran pemerintah. Dukungan pemerintah sangat berpengaruh dalam menuju Luwu Timur yang mandiri hortikultura.

Dukungan tersebut dapat berupa keikutsertaan pemerintah dalam pelaksanaan OHOG serta bantuan benih dan pupuk organik dari pemerintah untuk masyarakat. Bantuan tersebut dapat menjadi pemantik masyarakat agarlebih bersemangat untuk OHOG berkelanjutan.

Sebagai kabupaten dengan julukan Bumi Batara Guru yang terkenal dengan kecerdasan masyarakat serta semangat pemudanya, hal ini merupakan potensi besar yang seharusnya dapat dimanfaatkan dengan baik apalagi ditengah-tengah pendemi seperti ini.

Meskipun disatu sisi kita melihat banyak hambatan-hambatan yang terjadi di dalam pandemi ini namun kita juga harus melihat sisi lain yang menawarkan potensi besar.

Disaat pandemi seperti ini penduduk kabupaten luwu timur meningkat akibat para mahasiswa yang memilih untuk kembali ke kampung halaman daripada harus bertahan ditanah rantauan.

Para pemuda ini tentu bisa diandalkan dalam mengatasi beberapa permasalahan yang ada ditengah pandemi ini diantaranya sebagai pelopor gerakan Luwu Timur mandiri hortikultura dengan program OHOG (One Day One Garden).

Gerakan ini merupakan terobosan cerdas untuk Luwu Timur Terkemuka tentu dengan dukungan seluruh lapisan, baik masyarakat, pemerintah, dan yang paling penting adalah pemuda sebagai pelopor perubahan.